Karnaval atau yang
lebih dikenal dengan sebutan Ider-ideran oleh
masyarakat sekitar adalah suatu event tahunan
yang diselenggarakan oleh sesepuh dari desa Astana Gunung Jati, di kecamatan
Gunung Jati, kabupaten Cirebon. Karnaval
ini merupakan suatu tradisi masyarakat sekitar dalam menyambut beberapa
peringatan yang diantaranya untuk sedekah bumi bagi para penduduk yang akan
memulai musim nandur (menanam), untuk para nelayan yang akan
melakukan tradisi nadran (sedekah
laut), bagi para umat islam yang telah memperingati tahun baru islam, dan haul
(hari wafatnya) Sunan Gunung Jati.
Di dalam acara
karnaval ini biasanya dilakukan pada tanggal-tanggal peringatan di atas, yang
menggunakan tanggalan jawa atau kalender islam. Sehingga setiap tahunnya penyelenggaraan event ini selalu maju, jika
dilihat dari kalender masehi. Namun proses dan berlangsungnya acara karnaval
ini selalu sama, yakni diselenggarakan setiap hari jumat (biasanya kliwon), dan
berlangsungnya setiap ba’da sholat ashar. Biasanya setiap diadakannya karnaval
Sunan Gunung Jati ini selalu berbarengan (pada hari minggunya) dengan acara
sedekah laut/nadran di Kali Condong
yang terletak di desa Wanakaya, bersebrangan dengan desa Astana Gunung Jati. Uniknya adalah dalam menentukan tanggal event tersebut biasanya dilakukan dengan
mencari ‘tanggal baiknya’ menurut pendapat para sesepuh disana.
Masyarakat yang bukan
penduduk asli daerah Gunung Jati sering menyebut acara ider-ideran Sunan Gunung Jati ini
dengan sebutan nadran, padahal nadran adalah acara untuk para nelayan di daerah
desa Wanakaya yang memang berdekatan dengan desa Astana Gunung Jati. Nadran
yang adalah berasal dari bahasa arab yang berarti nadzar (berjanji). Warga yang
bermata pencaharian sebagai nelayan pada zaman dahulu berjanji, jika hasil
tangkapannya akan melimpah maka akan melakukan sedekah laut kepada Penguasa
Laut. Bukti terimakasih pada Tuhan, atas rahmat yang telah dikaruniakan kepada
mereka. Banyak pula yang menyebut acara tersebut sedekah bumi nadran Gunung
Jati, terlepas apapun masyarakat menyebutnya, pasti mengarah pada Gunung Jati.
Gunung kecil yang merupakan komplek pemakaman para penduduk asli dan tokoh
islam di daerah Gunung Jati. Di gunung tersebut juga terdapat puser bumi yang konon dikenal sebagai
pusat bumi di tanah Jawa.
Karnaval Sunan Gunung
Jati ini juga menandai bahwa karnaval-karnaval dan event kerakyatan tahunan yang dilakukan di berbagai daerah sekitar
Cirebon telah usai. Seperti di karnaval Nyi Mas Gandasari di daerah Jamblang,
karnaval Trusmi di Plered, karnaval Serang
di Pasar Minggu, nadran Mundu, nadran Sukareja,
nadran bondet - Mertasinga, nadran kali Condong – Wanakaya, ngunjung
Wanacala, dan sebagainya. Kali ini karnaval Sunan Gunung Jati diselenggarakan
pada hari jumat (11/23) tahun 2012 tepat di kliwon, 9 Muharram 1434 Hijriah
atau 9 Suro 1946.
Sebanyak jutaan jiwa
yang mulai memadati kawasan Jalan Raya Sunan Gunung Jati, di Cirebon. Antusias
warga dengan penampilan hasil kreasi anak bangsa yang telah membuat membuat
patung/replica miniature hewan,
tumbuhan, tokoh legenda, monster, alat transportasi dan lainnya - ini turun ke
jalan memadati dari Gunung Jati hingga ke krucuk – Gedung Negara kota Cirebon.
Sejak pagi hari hingga menjelang duhur, pengunjung dari berbagai daerah turut
meramaikan jalannya karnaval Sunan
Gunung Jati. Turut merayakan juga ratusan peserta pawai karnaval dari berbagai
daerah, mulai dari desa Astana Gunung Jati, Wanakaya, Kalisapu, Muara,
Mertasinga, Buyut, Klayan, Pasindangan, Jatimerta, Grogol, Sukareja, Karang
Reja, Purwawinangun, Plered, Palimanan, dan lainnya. Peserta didominasi dari
desa Mertasinga, dan desa Astana Gunung Jati. Peserta pawai bukan hanya berasal
dari kalangan muda, namun juga dari kalangan tua, dan remaja turut ikut
menyemarakan event ini.
Hal yang sangat
menarik perhatian saya adalah ketika muncul replika monster pohon, yang di bawahnya terdapat pesan tulisan yang
mengatakan “Lindungi hutan kami, sekarang juga.” Anak-anak rocker yang memakai T-shirt
yang bertuliskan “Bantai Anjink-anjik Koruptor.” Peserta dari kalangan remaja
yang membuat replika tank yang membawa bendera merah putih, yang menunjukan
dirinya ingin menjadi Tentara Nasional Indonesia yang tangguh. Pemuda yang
melakonkan sebagai dayak, anak remaja yang memainkan lakon sebagai terrorist,
pemuda yang memainkan lakon sebagai badut, pemuda yang memainkan sebagai
mujahid, anak kecil yang memainkan lakon sebagai Hulk, dan lain sebagainya.
Sepanjang jalan depan
kantor polsek depan makam cina hingga krucuk, di tutup untuk turut
mengsukseskan acara tahunan karnaval tersebut. Pemblokiran jalan itu dilakukan
sejak pukul 12:00 hingga 17:30 WIB, agar tidak menimbulkan kemacetan dan
dialihkan ke kawasan Pilang yang akan tembus ke kawasan Kedawung. Sebanyak ratusan personil dari kepolisian
turut menjaga berlangsungnya acara tersebut. Nampak polisi berseragam yang
secara berkelompok berjaga-jaga di tiap sisi jalan, mengantisipasi
kejadian-kejadian hal-hal yang tidak diinginkan. Satu unit mobil medis pun
dikerahkan dari puskesmas, untuk berjaga-jaga memastikan agar jika terjadi
kecelakaan atau hal lainnya dapat segera melakukan pertolongan. Mengingat arus
lalu lintas di kawasan karnaval telah di-blockade. Dikabarkan juga terjadi kemacetan yang cukup
panjang di sekitar kawasan krucuk, jalan Siliwangi dan sekitar lampu merah
Pilang sejak siang hingga menjelang malam.
Rute perjalanan
karnaval Gunung Jati dimulai dari alun-alun parkir kawasan komplek Makam Sunan
Gunung Jati kabupaten Cirebon menuju putaran krucuk – depan Gedung Negara yang
berada di kota Cirebon. Jarak yang ditempuh sekitar 4,5 Km. Sebelumnya rute
sejarah karnaval ini dari alun-alun parkir komplek makam Sunan Gunung Jati ke
arah utara menuju pasar Celancang, namun karena situasi keamanan kurang
mendukung – akhirnya rute diubah menjadi ke arah selatan atas kebijakan para
sesepuh dan warga yang menginginkan ingin meneruskan tradisi ini.
Berbeda dengan
tahun-tahun sebelumnya, karnaval sunan gunung jati kini lebih lancar
terkendali. Karena pada tahun-tahun sebelumnya pernah diguyur hujan deras pada
saat petang hari. Sehingga terjadi kemacetan yang parah dan terjadi kecelakaan
kecil antara pengemudi sepeda motor dengan motor lainnya. Karena penonton yang
terburu-buru ingin pulang saat malam hari dan dalam kondisi hujan. Sehingga
berhimpit-himpitan dan sering terjadi serempetan kecil disana.
Menurut Alam (35)
warga desa Mertasinga, karnaval kali ini sangat lancar dan cukup bagus dari
karya seni miniature yang ada tidak kalah dari tahun lalu. Pedagang dadakan pun
muncul dikawasan sepanjang rute karnaval. Sejumlah pedagang menuturkan bahwa
omset hari ini sangat jauh berbeda, mereka menyebutnya sebagai “Mremo/mrema” sebutan hari dagang yang
pasti akan laris. Karnaval ini dilombakan oleh panitia penyelenggara, biasanya
akan merebutkan juara 1,2,3, juara harapan 1,2,3, dan juara umum. Hadiah yang
akan diperoleh oleh peserta berupa uang, dan piagam, atau bahkan beberapa ekor
kambing. Hal yang sangat menarik pada peserta karnaval yang membuat beberapa replica tersebut adalah adanya para kolektor yang
berani membeli dari hasil karya tersebut. Tak tanggung-tanggung menurut warga
ada yang berani membelinya hingga jutaan rupiah. Karena nilai seni dan
kemiripan dengan kondisi aslinya. Pengunjung yang menyaksikan karnaval tersebut
penuh suka cita, para pedagang cukup senang dengan dagangannya yang laris
manis, dan puas telah melihat kreasi-kreasi anak bangsa tersebut.
Santosa Innovation
No comments:
Post a Comment